Title: Like An Angel
Author: Arumly/Kim Ji Rin
Cast:
Ø Kim Jae Joong
as Himself
Ø Kim Ji rin as
Cho Seon Yo
Ø Kim Jae Jun as
Jae Joong Dongsaeng
Ø Jung Il Woo as
Seon Yo ex- boyfriend
Ø Jessica Jung as
Jae Joong ex- girlfriend
Ø Jang Geun Seok
as Cho Seon Yo’s older Brother
Ø Member DBSK
Genre : tragedy at firstly then Romance
Rated : teenage
Disclimer :
Aku selaku author bukanlah orang yang mengontrak pemeran disini.
Tapi, aku membuat ini untuk mereka. mereka yang memberikan banyak inspirasi.
Gomawo oppa, gomawo unni.
Ah~ matta. Selama menulis FF ini aku ditemani alunan musik yang
indah dan suara – suara merdu dari member DBSK dan JYJ. Gomawo buat In Heaven
sama Don’t Cry My lover nya.
FF ini setting
waktunya ceritanya kalo JYJ g pernah keluar dari SMent. Yah, hehe. Anggap aja
mereka masih di management itu.
Juga makasih buat
Lia Indra buat novelnya yang menginspirasi. #far kiss
Oh iya nih FF
dibuat saat ngebaca lyric Jae Joong I’ll Protect you. Bebeh BooJae hebat.
Liriknya menyentuh. Tapi maaf kalo FF ini kurang menyentuh jiwa. #bow
Yang belom baca part 1-2 nya baca disini [FF] Like An Angel Author: Kim Ji Rin Chapter 1-2
Chapter 3
Cho Seon Yeo
terbelalak melihat adegan yang ada di depannya. Oh tidak, itu bukan adegan.
Tapi benar – benar terjadi, di depan mata Seon yo sendiri. Ia lalu menghampiri
dua sejoli yang sedang berciuman itu.
“ oh, geure, kau
bilang hanya aku yang kau cintai huh? Tapi begini kenyataannya. Kau justru
menciumnya. Bahkan aku yang kau bilang kekasihmu ini belum pernah
mendapatkannya darimu. Nappeunnom” teriak Seon Yo pada Jung Il Woo. Sontak
kedua orang itu terkejut. Sang wanita melepaskan ciumannya.
Il Woo menoleh melihat asal suara itu.
Didapatinya Seon Yo yang sedang menangis dan berdiri disana. Dandanannya rapi,
tubuhnya dibalut dress berwarna cream yang anggun. Sepertinya ia sengaja ingin
bertemu kekasihnya itu. Namun ia malah melihat suatu kenyataan yang sangat
menyakitkan dan menyesakkan hatinya dan membuatnya mengubur dalam – dalam
keinginannya untuk mengajak kekasihnya itu menemui orang tuanya di Daegu.
“ Seon Yo Ah~”
kata Il Woo sambil berjalan meninggalkan wanita tadi dan mendekati Seon Yo.
“ Naega aniya...
aku tak bermaksud untuk...” sebelum Il Woo makin dekat dengan nya Seon Yo
memotong kata – kata Il Woo. “ geuman. Jangan dekati aku lagi. kurasa ini sedah
cukup jelas. Hubungan kita... cukup
sampai disini”
“na galke” Seon Yo lalu membalikkan badannya. Berlalu dari tempat
itu. Tapi, Park Il Woo mengejarnya. Ia meraih tangan Seon Yo yang sekarang tidak terlalu jauh darinya. Ia
menarik gadis itu kedalam pelukannya. Seon Yo mencoba bergeming. Tapi tak bisa
, semakin ia mencoba tubuh kekar Il Woo makin erat memeluknya. Entah apa yang
harus ia lakukan. Ia hanya bisa menangis sejadinya.perasaan itu masih ada di
dalam hatinya.
“ Mianhae ippeuni[1],” Kata Il
Woo lembut dan mengeratkan tangannya tyang mendekap Seon Yo.
“ Mianhae Seon Yo ah~” katanya lagi.
Seon Yo masih menangis. Menangis sejadinya. Ia tak mau lebih
tenggelam dalam perasaan yang sangat menyakitkan ini. Ia mulai berontak agar Il
Woo melepaskannya.
“ Jamgeuman Seon Yo ah~. Aku ingin kau tahu semuanya.
“ a... andwae. Aku tak mau dengar lagi” Seon Yo masih
terisak.
“ geumane” katanya lagi.
“ sireo[2]” kata Il
Woo.
Il Woo lalu menangkupkan tangannya di pipi Seon Yo. Membuat wajah
Seon yo menatapnya. Wajah mereka makin dekat. Seon Yo merasakan sesuatu yang
lembut dan hangat menempel di bibirnya. Il Woo menciumnya.
Gadis itu
terbelalak saat Il Woo mencium bibirnya. Apa yang dia lakukan, pikirnya. Seon
Yo tidak membalas ciuman Il Woo. Ia justru berdiri mematung sampai v
menghentikan aksinya itu.
“ nan jeongmal saranghae” pria
itu berkata dengan sangat lembut.
Sesak. Begitu
sesak. Sulit sekali untuk bernapas. Itu yang dirasakan Seon Yo sekarang. Sulit
dipercaya.
“ geumane, aku
tidak bisa lagi.” Seon Yo lalu pergi meninggalkan Il Woo. Ia berjalan
menyeberang jalan. Di kejauhan sana tanpa disadari Seon Yo sebuah mobil mewah
berwarna putih melaju dengan cepat. Sangat cepat. Tapi tiba – tiba saja mobil
itu oleng tak terkendali. Il Woo berlari ke arah Seon Yo. Melompat dan
memeluknya. Terlambat.
Brak...
Mobil itu menabrak mereka berdua. Il Woo memekik sebelum akhirnya
ia jatuh tersungkur. Sementara Seon Yo juga jatuh dan pingsan tak jauh dari
Pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta itu.
Darah segar mengucur dari pelipis Pria tinggi nan tampan itu yang
menghantam kerasnya aspal. Sementara tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak.
Hantaman keras menimpa tubuhnya tadi. Ia melihat Seon Yo yang pingsan. Pria itu
menggerakkan sedikit jari – jarinya merengkuh jari – jari Seon Yo. Ia
tersenyum, tapi air mata mengalir jatuh dari matanya. Orang – orang datang
berkerumun disana, tak lama kemudian semburat cahaya datang, dan beberapa orang
mendatangi mereka. Sekilas Il Woo menyadari mereka itu polisi dan petugas rumah
sakit. Seon Yo akan tertolong dan Il Woo, ia hanya berpikir agar Seon Yo saja
yang tertolong. Tak apa jika ia tak tertolong. Ia ingin membalas hutangnya
kepada gadis itu. Ia merasa sudah tak pantas lagi untuknya. Lebih baik ia mati
dari pada harus hidup dan terus membuat guratan – guratan menyakitkan di hati
satu – satunya gadis yang telah berhasil membuatnya terpesona dan mencintainya
sedalam ini.
Chapter
4
Seon Yo membuka
matanya sedikit demi sedikit lalu mengerjap – ngerjapkan kedua mata belonya
itu. Dilihatnya ruangan putih, dengan atap putih, dan ditemukannya ia berbaring
di kasur.. Apakah aku sudah mati?pikirnya.
“ Seon Yo ah~” seseorang memanggilnya. Ia menolehkan wajahnya.
Ibunya. Ia terlihat habis menangis.
“Umma~ “ ucapnya.
“ aku... aku... aku ada dimana? Apa aku sudah mati?” tanyanya penuh
heran.
Tubuhya masih lemas, nafasnya masih tersenggal – senggal.
Cklek. Pintu terbuka
“ Seon Yo ah~” seseorang yang baru masuk memanggilnya. Kali ini
suara seorang lelaki.
“ oopa?” katanya.
Ya kakak laki – laki Seon Yo datang. Ia baru pulang dari Amerika.
Namanya Jang Geun Seok . Ia seorang yang tampan, bersuara merdu, tapi ia sangat
jahil sampai sampai diberi julukan evil.
Meski demikian ialah kakak tersayang Seon Yo. Ia tidak akan pernah
membiarkan adik kesayangannya itu terluka. Semenjak kematian ayah mereka Jang
Geun Seok berjanji akan menjaga ibu dan adiknya itu. Sekarang Geun Seok tinggal
bersama istrinya di Amerika. Disana ia mengurus perusahaan warisan dari sang
ayah.
Pria itu
mendatangi tempat tidur Seon Yo. Lalu meraih tangan Seon Yo dan membalik –
balikkan tangan gadis itu.
“ kau, mana yang terluka? Kau bagaimana bisa begini? Seharusnya kau
jaga diri saat oppa sedang ada di Amerika.”
Seon Yo meringis
saat tangan kakak laki – lakinya membolak – balikkan tangannya.
“ ya! Oppa, aku baik – baik saja. Kenapa kau cerewet sekali? Kau
bahkan lebih cerewet dari ibu. Tadi malam aku dan Il Woo tertabrak. Ia menolongku.
“Air muka Seon Yo tiba – tiba berubah. Il Woo. Benar dia ada di mana. Seon Yo
mendadak jadi khawatir. Ia bersiap melepaskan jarum infus dari tangannya.
“ Seon Yo. Apa yang kamu lakuakan?” Geun Seok ikut – ikutan panik.
Ibunya sejak lima menit lalu keluar membeli makanan.
“ Oppa, dia ada dimana?” Tanya Seon Yo penuh kepanikan.
Ia ingin segera melompat dari tempat tidur lalu menemui Il Woo.
Pria yang ia cintai yang telah menyelamatkan hidupnya.
“ Siapa? Il Woo?” wajah
oppanya itu tiba – tiba berubah. Ia terlihat termenung.
“ Oppa, katakan apa yang terjadi? Dia kenapa? Dia baik – baik saja
kan?” Seon Yo menggoyang – goyangkan tubuh oppanya.
Tapi yang terjadi. Geun Seok menggelengkan kepalanya lemah lalu
berkata.
“ Maaf aku tidak mengatakan sejak tadi. Aku takut kau akan langsung
drop.” Pria itu menunduk.
“ dia... dia... sudah pergi untuk selamanya.”
“ Oppa,” tangisan Seon Yo langsung pecah
“ Antarkan aku padanya. Tidak mungkin dia sudah meninggal. Tidak mungkin. Dia pasti
hidup untukku.” Seon Yo melompat deri ranjangnya. Ia melepaskan jarum infus
yang menancap di tangannya. Lalu berlari mendekati pintu. Geun Seok
menyusulnya.
“ baik, aku akan mengantarkanmu padanya” Geun Seok lalu memapah
adik satu – satunya ini. Mereka berjalan menuju rumah duka di rumah sakit itu.
Banyak karangan buga yang berdiri disana. Juntaian pita tanda duka cita juga
terpasang di rangkaian bunga itu.
Solma. Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Kepala Seon Yo menjadi
terasa berat. Hatinya terasa begitu sakit seperti ada ribuan pisau yang dengan
bebas menggores dan menyayat hatinya. Langkah gontainya membawanya masuk.
Sebuah foto terlihat pria itu tengah tersenyum. Bunga terangkai di sekitarnya
tulip putih dan mawar putih tergeletak di depan foto itu. Seon Yo maju
perlahan. Tangisnya makin menjadi. Ia menutup mulutnya dan jatuh terduduk di
depan foto Il Woo. Ia menangis sejadinya. Tiba – tiba saja seorang wanita paruh
baya memegang lengannya. Menyuruhnya berdiri dan membawanya keluar dari tempat
itu. Seon Yo berusaha berontak. Tapi, wanita itu adalah ibu Il Woo. Beliau dari
awal sudah tidak menyetujui hubungannya dengan putra satu – satunya itu hanya
karena ayah Seon Yo adalah orang yang pernah membuat wanita itu sakit hati. Ya,
ibu Il Woo adalah mantan tunangan ayahnya saat beliau belum menikah dengan ibu
Seon Yo. Mereka putus karena ayah Seon Yo lebih memilih ibu Seon Yo dari pada
wanita itu. Luka itu tak pernah sembuh bahkan sampai sekarang.
“pergi dari sini. Aku tidak mau melihatmu. Kau sudah membuat
harapanku satu satunya pergi untuk selamanya. Kau dan keluargamu, kalian ...
kalian ... keterlaluan” katanya sambil menangis.
“ Bibi, bukan maksudku. Aku juga tidak mau dia pergi
meninggalkanku. Aku tidak mau semua ini terjadi. Aku juga baru mengetahui ini
semua.” Seon Yo mencoba menjelaskan ditengah tangisnya.
“ Cukup, kurasa kita memang sudah seharusnya tidak pernah
berhubungan. Seharusnya kalian tidak pernah bertemu” wanita itu lalu pergi
begitu saja meninggalkan Seon Yo sendirian diluar. Padahal, malam itu turun
salju. Suhunya sangat rendah. Tubuhnya menggigil. Untunglah oppanya segera
datang dan memakaikannya jas yang tadi ia pakai.