Title: On The Raining Days
Author: Arumly/Kim Ji Rin
Cast:
Ø Hyorin Sistar
Ø Yang yeo seob B2ST
Genre : Romance
Rated : PG 15
Legth : Chaptered
Disclimer :
FF ini murni hasil kerja keras author...
author berhari nyari wangsit. Capek juga mondar mandir tiap kali dapat ide langsung masuk kamar. Capek juga memikirkan kata – kata yang harus dikeluarkan.
Jadi tolong ya kalo mau ngopy ijin dulu terus dikasih credit source. Ku harap kalian mengerti dan mau menghargai karyaku. Jangan Cuma jadi Silent reader. Kritik dan saran sangat aku butuhkan buat karya – karya selanjutnya. Silahkan coment apapun yang kalian mau.
Gomawoyo ◠◡◠ ◜◡◝ ...
***
TO THE ONE WHO ALWAYS WITH ME WHEN RAIN....
WHO SHOW ME HOW BEAUTIFUL RAINING DAYS....
WHO GIVE ME ANY SMILE WHEN RAIN...
***
PROLOG
Hujan saat itu , kau ada bersamakau. Kau sudah merubahku. Benar – benar merubahku. Semua bermula saat hujan dan berakhir saat hujan.
Hujan adalah saksi kita. Aku melihat wajhmu di titik hujan yang jatuh ke wajahku. Begitu banyak. Begitu segar. Banyak yang kita lakukan saat hujan.
Meski begitu. Kasih kita takkan luntur terbawa air hujan karena akan selalu melekat dihatiku.
All happen ON THE RAINING DAYS
***
Chapter 1
Hyorin berjalan sedikit tergesa di jalanan kota Seoul yang cukup ramai. Langit sangat mendung dan ia harus cepat –cepat sampai di rumah agar hujan tidak membasahi dirinya dan file penting yang ada di tangannya. Ia membetulkan tasnya yang sedikit melorot dari bahunya dan terus berjalan ke halte bus. Hyorin terlihat sedikit kerepotan karena beberapa file yang ia di tangannya. Ia berniat mengerjakannya saat ada waktu luang di rumah. Ia hanya disuruh untuk memahami isi file itu lalu membuat preentasinya. Hyorin sampai di sebuah zebra cross. Ia akanmenyebrang. Tapi lampu penyebrangan masih menunjukkan warna merah. Itu artinya ia tak boleh menyeberang. Ia menanti dan beberapa detik kemudian lampu berubah hijau. Orang – orang berjalan menuju ke seberang jalan. Tidak terkecuali Shin kyung. Tapi, di tengah jalan seseorang tak sengaja menabraknya dari belakang semua file itu terjatuh. Tak ada yang terlihat menolongnya. Hyorin memungut file file yang berserakan itu. Ia tidak mendengar bunyi peringatan tanda bahwa lampu akan berubah merah lagi dan juga suara klakson mobil terdengar memperingatkan Hyorin agar ia segera menyingkir jika tak ingin mati. Hyorin tidak peduli ia tetap berusha mengumpulkan kertas – kertas itu. Seorang lelaki yang bertangan kekar meraih lengannya dan mengambil beberapa file Hyorin yang tercecer di jalanan. Rintik hujan muai turun. Lelaki itu menariknya ke seberang. Hyorin berdiri dan berjalan mengikuti orang itu. Ia tinggi. Bahunya lebar. Ia terlihat sangat keren dengan headphone hitam yang terkalung di lehernya dan terlihat match dengan jaket hitam dengan garis putih di bahu yang ia kenakan. Untuk sesaat Hyorin mengaguminya. Tapi ia tersadarkan dengan file yang harus ia pelajari.
“tunggu dulu... aku harus mengambil semuanya” Hyorin mencoba melepaskan tangannya yang tercengkeram begitu erat. Tapi tak bisa. Terlalu erat.
“ bodoh. Apa kau ingin mati disana?” tanya lelaki itu.
“tapi itu sangat penting.” Jawab Hyorin lagi.
“sudahlah. Itu tidak lebih penting dari nyawamu. Cepat ikut denganku hujan deras pasti akan segera turun.” Lelaki itu membawa Hyorin ke sebuah cafe.
Lelaki itu mendudukkan Hyorin di kursi yang ada di dekat jendela lalu pergi memesan 2 cangkir latte kepada barista yang berdiri di kasir itu. Setelah itu ia kembali ke tempat duduknya.
“ kau tetap tidak berubah ya. “ kata lelaki itu.
“aku?” Hyorin terbelalak. Lalu melanjutkan pertanyannya. “ aku? Apa maksudmu dengan aku tidak berubah?”
Namun lelaki itu hanya tersenyum lalu berkata dengan sangat tenang. “ ya, kau masih seperti dulu. Apa lagi?”
“seperti dulu? Kau dan aku belum saling mengenal, Kita bahkan baru bertemu kali ini dan kau menarikku meninggalkan barang yang sepenting itu lalu membawaku kesini.” Kata Hyorin marah marah.
Lelaki itu tersenyum “ Yang Yeo Seob imnida” ia menyebutkan namanya.
Hyorin terbelalak. “mwo? Yang Yeo Seob?” tanyanya terkejutdan sedikit berteriak – sedikit?? – . Orang orang di cafe itu melihat ke arah Hyorin. Hyorin menyadari itu. Ia lalu bicara lebih pelan lagi. “ k...kau. yeo seob sunbae???” ia bertanya tanda tidak percaya.
“whoah, kau tidak percaya???” kata Seobie kemudian. Lalu Yeo Seob melanjutkan “terserah kau mau percaya atau tidak. Tapi itu sudah jelas itu namaku. Oke. Hujan kurasa sudah reda. Kau ingin pulang?? Ayo kuantar.”
“oh, oke aku percaya Hyorin imnida, dan kurasa aku memang harus pulang. Tapi tidak perlu diantar” jawab Hyorin.
***
*YEO SEOB POV*
Aku menawarinya untuk mengantarnya pulang. Tapi sayang ia menolak. Hyorin, nama wanita itu. Ia beranjak dari kursi di depanku lalu berjalan keluar. Ia masih sangat cantik. Malah lebih cantik. Ia sama sekali tidak berubah sejak aku kuliah dulu. Tidak salah aku menyukainya dari dulu. Aku baru kembali dari Jerman dan kembali untuk mencari cinta pertamaku itu. Namun, belum sempat kucari aku melihatnya tengah memungut sesuatu di Zebra cross dan hampr tertabrak. Aku senang bisa bertemu dengannya. Aku tak mau menyia – nyiakan kesempatan ini. Meski ia tak mau kuantar. Aku tetap akan mengantarnya. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya dari belakang. Jalan ke Halte Bus cukup jauh juga. Aku berjalan di belakangnya tanpa ia mengetahui keberadaanku. Halte sudah terlihat tapi masih cukup jauh. Langit gelap lagi. sepertinya buruk. Aku melihat sebuah mini market lalu memutuskan membeli sebuah payung. Benar saja saat aku keluar dari mi ni market hujan turun dengan derasnya. Pikiranku melayang pada Hyorin. Aku segera berlari ke arah halte bis. Ah, dia sudah dekat dengan halte bus. Kulihat Hyorin berlarian ke Halte. Aku pun mengejarnya. Dari belakang kupayungi dia. Wajahnya menoleh kepadaku. Sangat manis. Aku tersenyum kepadanya. Lalu mengajaknya segera berjalan kembali.
*HYORIN POV*
Sial hujan lagi. kali ini lebih deras. Halte sudah cukup dekat. Aku berlarian kesana. Saat aku hampir sampai seseorang memayungiku dari belakang. Aku menoleh. Kulihat Yeoseob Sunbae ada disana. Ia yang memayungiku.
“Sunbae, kau kenapa disini? Kau mengikutiku ya?” tanyaku padanya.
Ia hanya tersenyum lalu berkata.
“ayo jalan” katanya.
Kami lalu berjalan ke halte. Tapi percuma juga aku dipayungi. Bajuku sudah basah kuyub.
*HYORIN POV END*
Sebuah mobil hitam berhenti di dekat halte bus. Yeoseob melangkah menuju mobilitu Hyorin terlihat sangat tidak peduli.
“Hyorin, hei itu namamu kan?” Yeo Sob memanggil hyorin yang tengah berdiri di halte. Sontak Hyorin menoleh. “na??” jarinya menunjuk dirinya sendiri. “iya kau” kata Yeo Seob meyankinkan “ ayo pulang. Ayo ikut aku” lanjut Yeo Seob. Hyorin melangkah maju. “tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.” Kata Hyorin lagi.
“Hujan – hujan begini?” kata Yeo Seob lagi. lalu ia melanjutkan “sudah cepat masuk.” Yeo Seob menarik Hyorin agar masuk ke mobil lalu menutup pintunya. Ia juga naik mobil di tempat duduk bagian depan. Hyo Rin tidak berontak ia mau saja masuk ke mobil. Sopir yang duduk di sebelah Yeo Seob itu. Di tengah perjalanan Hyorin bertanya pada Yeo Seob
“ Kau tadi kan tidak bawa mobil?”
Yeo Seob menoleh ke belakang lalu bicara “ rencananya begitu. Karena mau jalan – jalan nyari objec foto yang bagus tapi kau lihat sendiri hujan deras di luar. Tdak memungkinkan buat hunting ,jadi aku menelepon Supir Kang untuk menjemput di halte.” Ia lalu tersenyum manis. Sangat manis.
Hyorin mengangguk tanda mengerti. Lalu bertanya lagi.
“kau suka menjadi fotografer ya?”
“begitulah aku senang bisa mengabadikan dunia yang begitu indah ini.” Jawab Yeo Seob kemudian.
“benarkah? Apa kau selalu memfoto objek yang ada di depanmu?” Hyorin kembali bertanya.
“tidak juga, tidak semuanya” jawab Yeo Seob singkat.
“kenapa? Kau bilang suka mengabadikan dunia ini?” Hyorin tak henti – hentinya bertanya.
“aku hanya mefoto yang ku inginkan. Sesuatu yang aku sukai.” Jawabnya lagi
Bla.... bla... bla...
Hyorin dan Yeo Seob mendadak menjadi akrab. Mereka saling bertanya sau sama lain. Menanyakan banyak hal. Menanyakan hal kesukaan masing – masing dan juga mengobrol yan lain.
“ah , kita hampir sampai” kata yeo Seob mengalihkan pembicaraan.
“ sudah sampai?” Hyorin membatin.
Mereka memang melewati jalan menuju rumah Hyorin jadi ia tenang saja. Tapi, saat sampai di sebuah perempatan mobil itu membelok ke kanan menuju perumahan elite.
“ ini bukan menuju rumahku. Kau seharusnya lurus saja” Hyorin kaget.
“benarkah? Maaf , tadi kau tak memberi tahu kami. Ini sudah terlanjur. Mampirlah kerumahku dulu.” Tawar Yeo Seob
“tapi aku harus segera menyelesaikan tugasku untuk besok. Ini file....” ucapan Hyorin terhenti. Ia tersadar Ia kehilangan file itu. Ia mencari – cari di tasnya. Tidak ada. Tidak! Hyorin benar – benar kehilangan file penting itu. Muka Hyorin terlihat akan menangis tapi ia menahannya. Mobil itu memasuki sebuah pekarangan yang luas. Sebuah rumah bercat putih berdiri sangat elegan. Di depan rumah mewah itu ada sebuah kolam air mancur yang sangat indah. Mobil itu berhenti di depan pintu.. Yeo Seob keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Hyorin.
“ ayo masuk.” Ajak Yeo Seob kemudian.
Dengan muka tertunduk ia menuruti saja apa kata Yeo Seob. Mereka masuk ke dalam rumah.
“ duduklah. kau mau minum apa?” tanya yeo seob
“terserah kau saja” Jawab Hyorin. Ia tak terlihat senang. Ia masih sangat sedih dengan file itu.
“ kau masih sangat sedih? Tenang itu pasti bisa ditasi. File itu bisa kita temukan.” Kata yeo Seob menenangkan Hyorin.
Entah kenapa hati Hyorin menjadi lebih tenang dengan nasihet Yeo Seob. Hatinya begitu lega mendengarnya. Ia merasa Yeo Seob adalah orang yang sangat hangat. Saat ia kuliah dulu ia tidak terlalu memperhatikan Yeo Seob . jadi ia tak pernah tahu kalau Yeo Seob adalah orang yang begitu hangat dan baik. Ia melihat Yeo Seob melangkah ke dapur. Hyorin melihat sekeliling rumah. Rumah begitu besar tapi kenapa tidak sepi sekali? Batin Hyorin. Ia melihat sebuah foto terpajang di meja dekat sofa di ruang tamu. Ia beranjak dari tempat duduknya dan mendekati foto itu. Seorang anak laki – laki yang masih kecil tersenyum dengan manisnya kearah kamera dan disebelahnya juga ada seorang wanita yang juga tersenyum sangat cantik. Yeo Seob datang mendekati Hyorin . ia mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah handuk.
“ keringkan dulu tubuhmu. Jika tidak kau bisa sakit.” Kata Yeo Seob.
Hyorin meraih handuk itu.
“ Kamar Mandi ada di atas dekat lemari besar disana kau bisa memakainya.” Kata Yeo Seob. Ia mempersilakan Hyorin untuk naik. Sementara itu ia masuk ke kamarnya dan mengganti baju. Ia juga mengambil sebuah kaus lalu meletakkannya di kasur. Ia tahu baju Hyorin sudah sangat basah. Hyorin keluar dari kamar mandi. Masih mengeringkan rambutnya dan masih memakai baju yang basah itu.
“ Hyorin,” panggil Yeo Seob. “ bajumu terlalu basah. Aku takut kau akan sakit nanti. Kau bisa ganti dengan bajuku. Sudah kusiapkan di kamar.” Kata Yeo Seob melanjutkan . “ ne , gomawo. Tapi...” jawan hyorin. “ sudahlah. Pakai saja. Itu masih baru. Tak perlu khawatir.” Ucap Yeo Seob meyakinkannya. Hyorin mengangguk. Yeo Seob turun ke lantai pertama. Hyorin masuk ke kamar Yeo Seob lalu mengganti baju.
Kedodoran , itulah kata yang pas menggambarkan baju yang sekarang dipakai Hyorin. Jelas saja karena ukuran tubuh Yeosob lebih besar. Sudah sangat terlihat. Yeo seob juga lebih tinggi. Hyorin keluar kamar lalu turun. ia melihat Yeo Seob yang duduk termangu memandangi sebuah foto. Hyorin lalu mendekatinya. “hai. Terima kasih ya” kata Hyorin
Yeo Seob menyadai kedatangan Hyorin lalu menoleh padanya dan berkata.
“eh, kau sudah selesai?” . Hyorin mengangguk. Aneh rasanya. Hyorin tak merasa canggung lagi dengan Yeo Seob. “ itu foto siapa?” tanya Hyorin kemudian ia duduk tidak jauh dari Yeo Seob. “ oh, dia ibuku.” Kata Yeo Seob. “cantik. Sekarang dia ada dimana? Kenapa sepertinya dia tak disini? Rumah begini besar tapi sangat sepi.” tanya Hyorin lagi. anak ini benar – benar orang yang selalu penasaran. Yeo Seob hanya tersenyum dan berkata “ dia, bercerai dari ayahku dan sekarang tinggal di luar negeri. Aku tinggal sediri disini” ka Yeo Seob menjelaskan. Hyorin merasa bersalah atas pertanyaannya tadi. “ maaf” kata Hyorin smbil menundukkan mukanya. “ sudahlah. Kau tak perlu seperti itu. Ini memang kenyataan. “ Yeo Seob berkata dengan lembut. “ kau belum makan malam kan? Ayo kita makan diluar saja” tawar Yeoseob.
“oppa, kau akan mengajakku makan diluar dengan pakaian yang kedodoran seperti ini?” Hyorin menyeringai. “kurasa lebih baik makan dirumah. Kau punya apa?” lanjut Hyorin. Yeo Seob merasa kebingungan. “ lihat saja sendiri di kulkas” kata Yeo Seob. Hyorin melangkah ke dapur yang tak jauh dari ruang tamu lalu membuka kulkas disana. Hanya ada buah dan sedikit sayur. Tak ada yang bisa dibuat lauk. “ hanya ada ini?” kata Hyorin. Yeo Seob yang berdiri di samping kulkas tertawa. “ ya hanya itu. Karena aku jarang makan dirumah. Aku tak begitu pintar memasak.” Jawab Yeo Seob.
“ kalau begitu, bantu aku membeli sesuatu di supermarket.aku bisa meminjam ponselmu”. Yeo Seob mengambil ponsel disakunya lalu ia berikan kepada Hyorin. Hyorin mengetikkan sesuatu di ponsel Yeo Seob. Sesuatu berdering di tas Hyorin.
“ini nomorku. Sekarang pergilah ke Supermarket.” Kata Hyorin sambil memberikan Ponsel Yeo Seob kepada pemiliknya.
“aku?” Yeo Seob keheranan.
“ iya kau” Hyorin meyakinkan.
“kenapa harus aku?” tanya Yeo Seob yang masih keheranan.
“ sudah kubilang tadi aku malu keluar dengan baju seperti ini. Hahaha” kata- kata Hyorin ini membuat Yeo Seob menurut saja
“ya, baiklah tapi, apa yang harus kubeli? Kau bahkan tidak memberikanku daftar belanja” omel Yeo Seob.
“ ah, pergilah. Aku akan mengirimkannya setelah ini” Hyorin menyuruh Yeo Seob untuk pergi. Sementara ia mengambil ponselnya.
Yeo Seob sampai di supermarket. Tapi ia bingung harus membeli apa. Ia mendorong troli yang masih kosong itu lalu mengirim pesan pada Hyorin.
*Yeo Seob POV*
Apa yang akan aku beli disini? Gumam yeo Seob dalam hati. Aku sudah berjalan kesana – kemari. Troli ini masih kosong. Tapi Hyorin tak juga mengirimkan daftar belanja. Beberapa pramuniaga disana memandangiku yang dari tadi mendorong troli kosong. Akhirnya kuputuskan mengambil sebugkus roto, susu, juga kopi yang sebenarnya tak begitu kubutuhkan karena aku masih memiliki persediaan dirumah. Menyebalkan sekali menunggu SMS dari Hyorin aku lalu meneleponnya.
“yoboseyo?” suara Hyorin terdengar dari seberang sana.
“ah~ kau ini. Menyuruhku belanja. Tapi kau tak mengirimkan daftar belanjaannya juga.” Aku sedikit berteriak.
“maaf. Maaf. Baru saja aku akan mengirimkannya.” Suara Hyorin terdengar sangat lembut di telepon.
“ sudahlah tak perlu. Bicara disini saja” kataku kemudian.
*Yeo Seob POV end*
*Hyorin POV*
Dudidudidam... syalala. Biga eoneun nalen naneun chajawa...
Brrr...brrr... siapa sih ganggu aja. Lagi asik motong sayur juga. Aku mengambil ponselku yang tergeletak tak jauhh dariku.
“yoboseyo?” aku menjawab telepon itu.
Yeo Seob marah – marah rupanya. Aku lupa mengiriminya daftar belanja. Tapi, ku bilang saja tadi aku akan mengirimnya. Hehehe. Aku memberi tahu dia tentang apa saja yang ia beli.
Beberapa saat kemudian dia sudah pulang ke rumah.
*HYORIN POV END*
Terdengar suara pintu tertutup. Rupanya Yeo Seob sudah pulang. “eh kau sudah pulang.” Kata Hyorin. “sini belanjaannya” Hyorin mengambil belanjaan yang ada di tangan Yeo Seob
“ eh ini berat. Biar aku yang bawa ke dapur” Yeo Seob mengambilnya lagi dari tangan Hyorin. Mereka berdua berjalan kedapur. Hyorin segera memulai memasak. Ia mengambil ini dan itu. Sementara itu Yeo Seob duduk dekat dengan meja kerja. Yeo Seob terus saja memandangi Hyorin yang sedang asyik memasak itu.
“ apa aku tidak perlu membantu?” tawar yeo seob.
“ harusnya dari tadi kau bilang itu. Ka harusnya membantuku. Sekarang sudah hampir selesai.” Kata Hyorin kemudian membuka tutup panci.
“ah ~ supnya sudah matang. Yeo Seob sunbae. Bisa tolong bawakan ini ke meja makan?” Kata Hyorin setelah sup itu ia tuangkan ke mangkuk saji.
“ ah baiklah.” Yeo seob mengambil sup itu lalu membawanya ke meja makan. Hyorin juga membawa beberapa makanan.
“sudah selesai. Saatnya makan” Hata hyorin sambil menepuk – nepukkan tangannya. “ silakan tuan” lanjut Hyorin. Ia mempersilakan Yeo seob untuk duduk dan menikmati makanan itu.
Yeo Seob belum duduk juga. Tapi malah menyeret sebuah kursi dan berkata “hei ayolah, kau kenapa seperti itu, biasa saja. Kau juga harus makan.” Kata Yeo Seob kemudian
“ ah~ baiklah. Aku akan duduk” Hyorin lalu duduk di hadapan Yeo Seob.
“ hem enak. Sangat enak. Ini. Kau harus makan ini.” Yeeoseob memberikan sedikit kimchi ke mangkuk Hyorin. “ ini juga” ia lalu meletakkan potongan daging sapi ke mangkuk Hyorin lagi.
“sunbae. Sudah. Cukup, aku tak bisa memakan semuanya. Perutku hampir penuh.” Kata Hyorin kemudian.
“ tapi ini benar –benar enak” rajuk yeo Seob.
Mereka menikmati makan malam itu. Ini adalah pengalaman yang tak bisa dilupakan oleh Yeo Seob. Ia sangat bahagia malam itu.
Setelah mereka usai merapikan meja makan, Yeo Seob mengantar Hyorin pulang ke rumah.
To be continued.....
eittt tunggu dulu.. jangan lupa comentnya ya...
makasih udah baca
nantikan chapter selanjutnya
2 comments
next next next
udah terbit
Posting Komentar
coment yaaaa
sebelum coment di postkan pilih profile dulu di bawah kotak komentar
( coment please, before you post your coment, choose the profile first )